|
Oleh : Suryadi, S.kel Sekretaris Ikatan Da'i Kulon Progo Bakda tahmid wa shalawat. Secara etimologis Tazkiyatun nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyatun dan An-nafs. Tazkiyah berasal dari akar kata (Zakaa Yazku-Zakaa & Zakatan) yang berarti Nama (baca; Tumbuh) dan Zada (baca;Bertambah). Zakaa juga bisa berarti Solaha (baca;baik)dan ia juga berarti Barokah (baca;banyak kebaikannya), disamping itu juga berarti Thaharoh / Suci bersih.(lihat . Al-Mu'jamul Wasith, hal 396).
Sedang bentuk kata Tazkiyah dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik.
Kata Zakka-Tazkiyatan dalam berbagai bentuk disebutkan didalam Al-Quran berulang kali, bahkan sampai 20 kali, 9 kali dalam ayat-ayat Makkiyah (yang diturunkan di Mekah sebelum hijrah), dan 11 kali dalam ayat-ayat Madaniyah (yang diturunkan sesudah hijrah ke Madinah).
Kata An-Nafs bisa berarti ruh/nyawa/jiwa, seperti dalam ayat Keluarkanlah Ruh mu. Ia bisa berarti Nafas, yaitu udara yang keluar dan masuk ke dalam tubuh manusia, melalui mulut atau hidung.(lihat Al-Mufradat fii qoribil Quran, hal 501).
An-Nafs bisa berarti diri sendiri, seperti pada kalimat Jaa a Huwa Nafsuhu, artinya dirinya sendiri yang datang, bukan wakil atau siapa dan apa-apanya. (Lihat, Al-Mu'jamul Wasith, hal. 940).
Dan kata An-Nafs dalam bentuk tunggal dan jamak di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 306 kali. Jadi secara etimologis Tazkiyatun nafs berarti ; membersihkan jiwa, memperbaikinya dan menumbuhkannya agar menjadi semakin baik serta mengembangkan potensi baik jiwa manusia.
Menurut Abul Qasim Husain bin Muhammad, beliau lebih populer dikenal dengan Ragib Al-isfahani (wafat 502 H), beliau mengatakan bahwa Tazkiyatun Nafs adalah upaya manusia untuk mensucikan jiwa dan dirinya, sehingga ia mempunyai sifat terpuji pada dirinya di dunia tentunya dan kelak di akhirat mendapatkan pahala dan balasan yang besar,(lihat hal. 213)
Syeikh Said Hawwa menjelaskan bahwa Taziyatun nafs adalah salah satu tugas utama para rasul, ia merupakan tujuan yang dicapai oleh orang-orang bertaqwa. Dan selamat atau celakanya manusia tergantung sikapnya terhadap Tazkiyatun nafs, apakah ia concern terhadap permasalahan yang satu ini, atau acuh tak acuh dengan hal ini.
Karena Tazkiyatun Nafs adalah proses pembersihan jiwa dari akhbas (baca;kotoran )serta memperbaiki jiwa, maka tazkiyatun nafs dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ibadah, perbuatan baik dan berbagai amalan shalih serta langkah-langkah mujahadah.
Apabila semuanya itu dilakukan, maka akan menjadi bersih yang selanjutnya mempuyai pengaruh, dampak positif hasilnya pada prilaku, tingkah laku dan perkataan, pengaruh itu akan membekas pada lidah,mata,telinga dan anggota tubuh lainnya.
Buahnya yang paling nyata adalah perlakuanya yang baik terhadap Allah dan terhadap manusia juga makhluq lain serta makluq di muka bumi ini. Adabnya kepada Allah berupa komitmen melakukan seluruh kewajibannya kepada Allah dan menjahui segala bentuk prilaku dan perbuatan yang menyebabkan murka Allah, termasuk mengorbankan harta, jiwa dan raganya berjihad dijalan Allah.(Al-Mustakhlas fii Tazkiyatul Anfus, hal. 5-6)
Jadi Tazkiyatun nafs pada hakikatnya adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya, dan selanjutnya peningkatan kualitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah SWT, serta potensi-potensi positifnya dengan mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik lainnya, sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya menjadikannya mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji.
Ma'a as-salaamah
|
|
|
0 komentar:
Post a Comment