Search This Blog

GENERASI PENGUKIR KARYA




Generasi Pengukir Karya

Generasi Pengukir Karya

[Oleh: Fajar el Shahwah]

 

 

DAKWAH kita dulu penuh dengan karya. Bahkan karya-karya besar yang spektakuler. Bahkan produk-produk raksasa yang terabadikan. Kehadirannya berkemampuan merubah total warna sejarah. Sehingga gempita dunia dipaksa diam. Untuk melihat kehadirannya, dengan warna barunya; yang menjanjikan pekik gelora yang menggemparkan, menakjubkan, juga memesonakan.

 

Pesona itu menunjukkan geliatnya di mata dunia; padahal terjadi pada saat dakwah berjodoh dengan banyak keterbatasan. Bertemu dengan tantangan besar yang memasung gerak. Senantiasa beriring kerumitan problematika, sementara para penghasungnya sudah terlalu letih bekerja menanggung beban-bebannya, pada saat bahkan sangat terbatas personalnya, sehingga raga sudah tak kuasa mengikuti kemauan jiwanya. �

 

Tapi lihatlah buah karya itu. Keabadiannya menjadi maya saat ini. Kehadirannya tinggal menyisakan sejarah indah. Memang penuh dengan warna kebesaran. Tapi generasi saat ini tak berkesempatan, kecuali sekadar cerita kebesaran yang ia dapatkan, abadi dalam dimensi waktu yang telah berlalu, menghilang ditelan bayang malam yang pergi seiring fajar menyingsing.

 

Karya-karya itu saat ini; sesuatu yang seolah kemustahilan pada rasionalitasnya, seperti ketidakmungkinan atas fakta-faktanya. Persepsi wajar yang terbangun untuk umat kita saat ini, dalam banyak kemelimpahannya, sementara mereka miskin karya. Sehingga ruang akal mereka tak mampu menjangkau tindakan-tindakan besar para pendahulunya. Karena kemampuan maksimal karyanya tidak lebih dari sekadar kemampuan maksimal pikirannya.�

 

Ada yang hilang dari harta kita. Bukan pada buah karya besar itu. Karena ia bisa dihadirkan kembali. Bahkan mungkin jauh lebih spektakuler dari yang pernah ada. Kehilangan kita pada kematian orang-orang yang bisa menghadirkan karya itu. Dan itulah sebenarnya induk harta kita. Yang kehadirannya berkemampuan mengembalikan semua, bahkan melipatgandakannya.

 

Apakah generasi karya itu melupakan satu hal yang menjadi kunci dari semua ini: yaitu menginvestasi karya-karya besar dengan mendidik generasi masa depannya?! Ataukah lebih karena kenaifan kita; yang menjadi generasi pemalas untuk belajar dan berkarya. Atau karena harga lingkungan yang berbeda, dan menyisakan godaan yang jauh lebih dahsyat, atau tantangan yang lebih memberat? Atau mungkin semua. Atau bahkan lebih dari yang terbayang; sehingga kita tergiring menjadi generasi para pecundang! � Tidak!

 

Mari kita lebih arif melihat fakta. Agar kita jernih menganalisa. Kehadiran kita bukan untuk menyalahkan; bukan untuk mencari siapa pahlawan dan siapa pecundang! Sama sekali bukan untuk menjadi komentator sebuah laga yang sedang tersuguh! Jikapun harus begitu; setidaknya karena perubahan spiritnya, karena komitmen perbaikan nafasnya. Tentu dengan menjaga kaidah-kaidahnya, etika-etikanya, melihat rambu-rambunya, bukan asal-asalan atau sekedarnya atau bahkan mungkin pengacauan, pengeruhan! Bukan untuk itu! Kita ada; adalah untuk penyelamatan, hanya untuk pengembalian, hanya untuk penghidupan. Agar induk harta kita hadir kembali, meski dengan fisik yang berbeda. Karena memang harus berbeda. Karena memang harus generasi pengganti yang hadir dan tegak saat ini. Untuk penjagaan. Untuk pelestarian. Bahkan untuk karya-karya besar yang jauh lebih membanggakan

 

 

 

SHARE

TATSQIF on LINE

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: