Search This Blog

DA'WAH-MENGHILANGKAN TRAUMA PERSEPSI




Oleh ustadz A
Oleh ustadz A.R.H Aminuddin
Uhayyikum bi tahiyyatal islam, tahiyyatal mubaarakatan min 'indillaahi,,,Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Innal hamda lillahi, alladzi allafa bayna qulubina fa ashbahna bini'matihi ikhwana, ash shalatu was salamu 'ala sayyidil mursalin Wa imamil mujahidin Muhammad Shalallahu alaihi wasalam wa 'ala alihi, amma ba'du
Ikhwan wa akhwat fillah rahimakumullah
Berbicara tentang kapasitas kepemimpinan, bukan hanya dalam lingkup kepemimpinan jamaah dakwah, tetapi dalam lingkup kepemimpinan nasional menjadi sangat urgen, krn kita sdh mulai memasuki mihwar dauly.
Kepemimpinan yang dimaksud disini bkn kepemimpinan yang bertumpu atas kekuasaan belaka ('alal qaidah sulthaniyah), tapi kepemimpinan yang bertumpu atas ruhiyah - maknawiyah - fikriyah yang didorong oleh semangat menyebarkan rahmatan lil 'alamin.
Utk meningkatkan kapasitas kepemimpinan ini, dg kata lain meningkatkan kapasitas semua kader krn pada hakikatnya setiap kader adl pemimpin sbg dalam sabda Rasul SAW : "Kullukum ra'in wa kullu ra'in mas'ulun 'an ra'iyyatihi" . Maka menjadi kewajiban setiap kader utk senantiasa membersihkan diri (tathahhur) agar kita selalu dicintai Alloh SWT, "Innallaha yuhibbu attawwabiina wa yuhibbul muthathahhiriin ".
Setiap kader dakwah adl manusia biasa yang ada potensi utk 'kepleset' dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan, shg perlu selalu muhasabah & membersihkan diri.
Di dalam "tanmiyah an nukhbah qiyadiyah" dibutuhkan tathahhur al uqdah adzdzahniyyah (membersihkan trauma persepsi kader dakwah yang berlanjut kpd trauma mental)
Ikhwan wa akhwati fillah, kadangkala kita terjebak oleh paradigma-paradigma berpikir lama yang membelenggu kita dalam mengemban amanah dakwah ini.
Didalam gerakan perubahan yang diusung oleh gerakan dakwah Islam, disamping ada persoalan-persoalan eksternal, terkadang masih kita jumpai masalah-masalah internal. Salah satu masalah internal itu adl faktor msh dimilikinya persepsi-persepsi kader yang tdk mendukung kepada kesuksesan dari dakwah itu sendiri.
Akibat penjajahan 3,5 abad, bangsa kita kehilangan rasa Percaya diri (PD). Krn ketidak PD an ini maka akan memunculkan trauma thd persepsi-persepsi yang terbangun dalam benak umat itu sendiri.
Dalam sejarah, trauma persepsi ternyata juga dialami oleh Bani Israil yang mengalami penindasan dari dinasti Fir:aun bbrp abad. Mrk sdh pasrah 'bongkokan' dg nasib mrk, sama sekali tdk keinginan sedikitpun utk membebaskan diri dr Fir'aun krn sdh tertanam dalam persepsi mereka ,PASTI GAGAL, TDK AKAN BERHASIL.
Sampai kemudian Alloh SWT mengirimkan pahlawan superhero bersenjata tongkat sakti, Nabi Musa AS utk membangkitkan kembali api keberanian dari dalam dada Bani Israil yang sdh lama padam.
Ada 7 trauma Persepsi yang HARUS kita bersihkan dari dalam diri kita.
Ikhwan wa akhwat fillah rahimakumullah
Pertama adalah al uqbah al inhizamiyah
Yaitu trauma persepsi selalu kalah dalam setiap kompetisi.
Ada perasaan 'underdog' , perasaan yang kemudian menjadi mentalitas bahwa orang lain lebih baik dr kita, shg kita merasa bahwa merekalah yang pasti akan menang dan sukses.
Persepsi & perasaan ini harus kita hilangkan, kita harus yakin dg firman Alloh "Waman nashru illa min 'indillahil 'azizil hakiim " . Kemenangan itu adalah milik Alloh SWT dan akan diberikan kpd yang dikehendaki-Nya. Kita harus yakin, Alloh pasti menolong hizbullah.
Jadi di dalam diri kader hrs terbangun semangat tahqiqul intisyaraat, merealisir kemenangan-kemenangan yang tlah dijanjikan oleh Alloh.
Al uqdah al inhizamiyah hrs dicuci bersih dari dalam diri kita. Sbg aktivis dakwah kita hrs yakin "al Islamu ya'lu walaa yu'la alaihi" , konsep Islam itu pasti diatas konsep-konsep yang lain.
Kedua, Al uqdah al istihdafiyah.
Yaitu trauma persepsi kalau kita ini selalu jadi obyek bagi pihak lain, jadi sasaran tembak orang lain. Pengalaman masa lalu, pada masa pertengahan orde baru ,terkadang masih membekas. Sehingga kita senantiasa, merasa was-was, merasa takut, seakan-akan kita menjadi obyek yang selalu diawasi pihak lain.
Jika kita msh memiliki al uqdah al istihdafiyah, itu artinya kita merasa jadi sasaran terus, kita diincar terus. Akhirnya kita tidak bisa ofensif, kita hanya defensif. Dakwah pasti tdk berjalan baik krn kita hanya bertahan & menunggu, tdk berani berinisiatif. Kita harus membersihkan persepsi ini dari diri kita. Nastahdifuhum walaa yastahdifuunana.
Yang Ketiga adalah, al uqdah al muamaratiyah.
"Wah mrk sedang kumpul-kumpul di tempat itu pasti sedang bersekutu utk menghabisi kita." Padahal blm tentu. Al Qur'an menyatakan, " tahsabuhum jami'an wa qulubuhum syatta.
Yang Ketiga adalah, al uqdah al muamaratiyah.
Bahwa kita memang perlu WASPADA dan HATI-HATI terhadap konspirasi yang benar-benar akan menghancurkan Islam dan dakwah, bahkan itu mrpk keharusan. Tetapi hal tsb harus dilakukan secara proporsional berdasarkan fakta & data yang valid, bukan sekedar hasil asumsi dan dugaan-dugaan saja.
Ikhwan wa akhwat fillah rahimakumullah
Keempat, Al uqdah ar raj'iyyah.
Yaitu mental merasa selalu kalah, masih terbelakang dan blm maju.
Mentalitas ini harus segera kita ubah, krn sebenarnya potensi umat dan para akrivis dakwah itu luar biasa. Di dalam betbagai olimpiade saintek, umat Islam mampu berkompetisi sebaik peserta dari berbagai belahan bumi, bahkan ada yang meraih prestasi.
Contoh lain, sebuah software SAP (struktur analisi programming) yang dipakai diberbagai negara, program hitungan struktur yang diakui kehebatan oleh para ilmuwan teknik sipil sedunia ini dibuat oleh seorang ilmuwan muslim yang bernama Asrof Habibullah.
Bahkan dilapangan, ketika kader2 dakwah terjun mendpt pengakuan dari masyarakat dalam berbagai aspek, amanah, jujur, suka menolong, dll
Kelima, Al uqbah as salbiyah.
Yaitu mentalitas selalu muncul persepsi negatif thinking terhadap segala sesuatu Jika sebuah bangsa memiliki karakter spt ini, maka bangsa itu tdk akan pernah maju.
Karena bangsa itu tdk berani membuat lompatan2 kedepan, terbelenggu persepsi negatif thingking tsb. Jika sebuah harokah qiyadah & anggotanya mempunyai persepsi spt ini maka gerakan tsb hanya akan jalan ditempat atau bahkan mengalami kemunduran & kehancuran.
Akibat dari tdk adanya ijabiyatu ru'yah (positif thinking) akan membuat para kader dakwah tdk optimis, krn segala sesuatu dilihat dari sisi negatifnya semata.
Kita semua tahu bahwa setiap pilihan kita di dunia ini pasti ada aspek negatif dan positifnya. Dan dalam Islam kita sdh memiliki kaidah yang cukup baik utk mempertimbangkan maslahat & mafsadat sebuah perkara, yaitu fiqh muwazanat.
Ikhwan wa akhwat fillah rahimakumullah
Keenam, Al uqdah al kamaliyah
Yaitu mentalitas over perfeksionis, tdk mentolerir adanya kekurangan. Sikap mental spt ini mrpk Sikap mental yang tdk realistis. Orang spt ini akan selalu kecewa dimanapun dia berada. Kalo ada kader dakwah memiliki persepsi mental spt ini, pasti akan berhenti dari aktivitas dakwah. Dia akan kecewa dg harokah itu sendiri, karena jauh dari apa yang dipersepsikan. Generasi terbaik ,generasi para sahabatpun terkadang terjadi konflik, terjadi perbuatan dosa dan maksiyat, krn mrk adl manusia biasa, bukan malaikat. Bahkan terkadang sampai turun ayat yang menegur mrk. Itu adalah suatu hal yang manusiawi. Dan akan selalu kita jumpai dimanapun kita berada.
Tetapi, ingatlah wahai saudaraku, akan selalu ada jalan keluar sbg solusi terhadap persoalan-persoalan manusiawi tsb. Misalnya disuruh taubat jika maksiyat, diiqob jika melakukan kesalahan yang fatal sebagaiman bbrp kisah sahabat didalam Al Qur'an.
Terakhir, ketujuh Al uqbah at taba'iyyah
Yaitu,trauma persepsi para follower, orang-orang yang tdk mau kreatif, hanya pengin jadi pengikut
Ikhwan wa akhwan fiddin,
Kalo seorang kader memiliki mental al uqdah at taba'iyyah maka akan menjadi beban bagi kelompoknya, dan bagi jamaah. Karena teman-teman 1 grupnya harus ikut menanggungnya, demikian juga jamaah ini. Oleh karena itu kita HARUS membebaskan diri kita dari mentalitas ini. Semua kader hrs aktif bergerak dalam mensukseskan agenda2 dakwah.
PENUTUP
Ikhwah fillah rahimakumullah, itulah bbrp persepsi yang sdh menjadi mentalitas umat Islam di Indonesia, dimana termasuk didalamnya. Ikhwah fillah rahimakumullah, itulah beberapa persepsi yang sdh menjadi mentalitas umat Islam di Indonesia, dimana kita termasuk didalamnya. Persepsi yang terbentuk krn faktor sejarah umat dimana 3,5 abad lebih hidup dalam belenggu penjajahan. Kita seringkali lupa bahwa umat Islam pernah punya prestasi yang luar biasa. Kita pernah sukses mengubah dari kerajaan Hindu, Budha, dan animisme menjadi kerajaan - kerajaan Islam dan mampu bertahan dalam sekian abad. Prestasi-prestasi besar tsb dilupakan, seolah-olah kita ini tiba-tiba saja menjadi bangsa yang terjajah, bangsa yang tertindas; seolah-olah kita selalu gagal dalam mengelola negara & bangsa ini. Mestinya kita harus ingat bahwa sebelum masa itu adalah masa dimana umat Islam mampu memberi warna di negri kita ini, dan insha Alloh kita mempunyai potensi dan kesempatan untuk melakukannya kembali. Kalaulah kita blm berhasil, kita evaluasi kenapa blm berhasil . Kemudian kita rumuskan lagi apa harus kita lakukan kedepan.
Wallohu A'lamu .
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Maroji : kapita selekta Islami, KH. Hilmi Aminudi.



BACA JUGA : KEUTAMAAN ILMU

SHARE

TATSQIF on LINE

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

Unknown said...

sebaiknya diedit , mumpung baru sedikit artikelnya

Unknown said...

Na'am.. Dalam proses.. Insha allah