Search This Blog

Berkah anak sholeh untuk orang tuanya


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ. فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ


Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak) sampai ia bertanya, "Bagaimana (aku bisa mencapai) semua ini?" Maka dikatakan padanya, "(Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu"(Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah no. 3660, Ahmad (2/509) dan lain-lain. Lihat ash-Shahihah no. 1598)


Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan memiliki anak yang shaleh dan sekaligus keutamaan menikah untuk tujuan mendapatkan keturunan yang shaleh. Berlaku bagi hamba Allah yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan.Imam al-Munawi رحمه الله berkata, "Seandainya tidak ada keutamaan menikah kecuali hadits ini saja, maka cukuplah". Faidhul Qadir 2/339

Anak yang shaleh termasuk sebaik-sebaik usaha yang dilakukan oleh seorang Mukmin dalam hidupnya lantaran semua amal kebaikan yang dilakukan oleh anak shaleh pahalanya akan sampai kepada orang tuanya secara otomatis dan tanpa perlu diniatkan. Sebab anak termasuk bagian dari usaha orang tuanya. Inilah makna sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Jika seorang manusia mati maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari tiga perkara; sedekah yang terus mengalir (pahalanya karena diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya (diamalkan sepeninggalnya), dan anak shaleh yang selalu mendoakannya" HR. Muslim no. 1631

 Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sungguh sebaik-baik (rezki) yang dimakan oleh seorang manusia adalah dari usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk (bagian) dari usahanya" HR. Ashabus Sunan dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh al-Albani

Kandungan hadits di atas juga disebutkan dalam hadits-hadist (lain) yang secara khusus menunjukkan sampainya manfaat (pahala) amal kebaikan (yang dilakukan) oleh anak shaleh kepada orang tuanya, seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak dan yang semisalnya...". Ahkaamul Janaaiz hal. 216-217

Sebagian ulama ada yang menerangkan makna hadits ini dengan menyatakan bahwa seorang anak jika dia menempati kedudukan yang lebih tinggi daripada ayahnya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa) kepada Allah عزّوجلّ agar kedudukan ayahnya ditinggikan (seperti kedudukannya). Allah pun meninggikan (kedudukan) ayahnya. Ini berdasarkan keumuman makna firman Allah عزّوجلّ:

آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا

(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. (QS an-Nisa' :11)

Faidhul Qadir 2/339

Hadits ini juga menunjukkan bahwa istigfar (permohonan ampun kepada Allah عزّوجلّ) dapat menggugurkan dosa-dosa dan meninggikan derajat seorang hamba sampai pada tingkatan yang tidak dppat dicapai dengan amal perbuatannya yang lain, terlebih lagi jika hamba tersebut banyak beramal dan milakukan istigfar.Faidhul Qadir 2/339 Wallahu a'lam.

Disalin dari Majalah As-Sunnah_Baituna, Rubrik Fadhail hal. 06 oleh Ustadz Abdullah Taslim, MA
SHARE

TATSQIF on LINE

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: