DOWNLOAD : Game Ringan Melawan Zionis Yahudi
|
Peran Pemuda dalam Perubahan
|
|
Oleh : Ibu hj. Sri Wahyuni
HRD yayasan Amal Insan Mulia Kulon Progo
Dan Staff Litbang JSIT (Jaringan Sekolah Islam TerpaduI) DIY
|
|
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah atas segala nikmat dan keberkahan yang semoga selalu terlimpah pada kita
semua. Sholawat serta salam tetap tercurahkan pada qudawah kita Rasulullah
Muhammad SAW beserta sahabat dan orang-orang yang istiqomah di jalan dakwah.
Pada kesempatan ini saya ingin
menyampaikan kembali kepada anda semua yang selalu diliputi semangat masa muda. Saat bertemu
dengan pemuda kita selalu gembira. Ini semua menandakan bahwa pemuda tetap
bersemangat dan serius, karena setiap gerakan yang berhasil pasti memiliki
kemauan yang kuat, harapan yang jauh ke depan, dan orientasi yang jelas serta
terarah terutama di basis pemudanya.
Walaupun kadang-kadang gerakan
pemuda kepentok masalah klasik kekurangan dana, misalnya. Hal itu biasa dan
terjadi di mana-mana, di setiap waktu dan tempat, bukan hanya di Indonesia dan
di masa sekarang saja. Meskipun tidak mempunyai materi berlimpah, semua
pergerakan disusun, dirancang, dan dilaksanakan oleh pemuda. Pemuda aktivis
boleh miskin materi, tetapi jiwanya kaya, sehingga pantang menyerah dan
mengeluh. Mereka tidak mengorbankan iffah, kehormatan diri, hanya untuk
meminta-minta, karena pemuda perintis dan pelopor pergerakan yang berhasil
adalah mereka yang bermental baja.
Kekuatan moral dan spiritual menjadi
modal utama dan pertama dalam setiap pergerakan. Mungkin saja landasan
moral dan spiritual sebuah pergerakan salah atau bathil, tetapi pasti punya
semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan spiritual yang
benar, bersumber dari petunjuk Allah Ta�ala. Kekuatan moral dan spiritual yang
benar akan menghasilkan azam dan iradah qawiyah. Bahkan, orang akan
menjadi muda selamanya dan bergairah terus, jika bergerak atas landasan moral
dan spiritual yang benar. Alhamdulillah, kita telah diberikan karunia itu oleh
Yang Mahakuasa.
Modal kedua ialah kemampuan
intelektual. Allah sangat merangsang manusia melalui ayat-ayat Al Quran yang
menyatakan: afala taqilun, afala yatafakkarun, dan lain-lain.
Menurut penelitian, otak manusia yang terpakai hanya 5% dari volume otak yang
sebenarnya. Apalagi otak orang Indonesia yang mungkin tidak mencapai batas
maksimal itu. Bayangkan, jika kemampuan otak itu ditambah dengan kekuatan
pendidikan (tarbiyah) yang kita jalankan, bagaimana hasilnya. Menurut catatan,
bahwa motor perubahan itu 70% nya adalah para sarjana yang diberi petunjuk dan kemudahan oleh
Allah untuk melaksanakan tugas tugas perbaikan, itu melebihi kualitas kelompok
masyarakat pada umumnya.
Modal ketiga adalah ideologi atau
idealisme yang dengannya kita mempunya visi dan misi perubahan yang jelas. Ini
juga merupakan karunia Allah kepada kita berupa pemikiran yang paripurna, bisa
memiliki pandangan jauh ke depan, walaupun pada masa-masa sulit. Kita selalu
menjadi barisan pelopor dan perintis dalam kejelasan ideologi.
Modal keempat adalah tata cara atau
metodologi. Allah tidak hanya memberikan perintah saja, melainkan juga konsepsi
dan landasan operasional. Shalat dan haji memang diperintahkan oleh Allah,
tetapi dalam pelaksanaannya Allah mencontohkan melalui tindakan Rasulullah.
Dalam berjuang dan berjihad pun harus mengikuti Rasul, tidak membeo, tapi
memahami dan mengerti maksudnya. Qudwah kepada Rasul merupakan kebutuhan, bukan
hanya sekadar kewajiban, karena tanpa Rasul, maka ajaran Islam tak bisa jalan.
Rasulullah-lah yang mencontohkan kepada kita, bagaimana dakwah yang jelas,
terarah dan sistemik.
Modal kelima adalah kefitrahan. Dinul
Islam itulah modal besar, karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak
berbenturan dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Bahkan, Allah
menegaskan bahwa semua makhluk itu adalah junud (tentara) Allah.
Artinya, kita harus yakin bahwa pergerakan yang bertentangan dengan fitrah
manusia adalah bertentangan dengan kehendak Allah, karena semuanya bergerak
dalam nuansa dan irama yang sama. Semuanya bertasbih kepada Allah. Jika
perjuangan Islam kompak dengan perjuangan alam (universe), maka
perjuangan itu akan berhasil. Pohon dan tetumbuhan, binatang, cuaca, gejala
alam semuanya menjadi teman-teman perjuangan kita.
Berjuang tanpa fitrah alam akan
gagal, karena hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah
modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya. Padahal, bantuan
Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak. Misalnya, bekerja dalam
hujan, tetapi tidak masuk angin, malah hujan itu menjadi penyegar. Bahkan,
semuanya itu untuk mengokohkan, jika kita berstatus juga sebagai hamba Allah.
Caranya, sesuaikanlah sifat jundiyah kita dengan jundiyah angin,
binatang, pohon, dan lain-lain.
Rasulullah sering dibantu oleh para
jundi alam ini: tumbuhan, binatang, cuaca, dan sebagainya. Bahkan, karamah para
sahabat dalam perang Qadisiyah, ketika mereka menyeberang sungai sambil
berkata: Wahai air, kita sama-sama ciptaan, bantulah kami karena sedang
melaksanakan tugas. Akhirnya, air yang dalam dan deras itu menjadi dangkal dan
tenang untuk dilewati.
Modal keenam adalah modal institusional.
Kerja kita adalah kerja kebersamaan yang banyak orang tidak melakukannya. Kita
memperoleh banyak dukungan dari proses kebersamaan ini, seperti thawashau bil haq
dan thawashau bis shobri. Itu hanya bisa dilakukan dengan bersama, karena
saling mengingatkan itu diperlukan dalam gerakan agar tidak tergelincir. Baduhum
awliyau badin. Kritik dan peringatan itu perlu.
Kita sedih menyaksikan ada pejabat
tinggi pemerintah yang tidak mau dinasehati salah seorang sholeh. Padahal kita
hanya ingin menyelamatkan umat, bukan mengincar jabatan. Tetapi, pejabat
tersebut setelah menduduki posisinya justru keenakan dan tidak mau direpoti
oleh saran-saran yang berguna bagi umat.
Itu semua hanya bisa dilakukan dalam
proses institusionalisasi, ketika tantangan dakwah berat dan sulit. Ada tawashau
bil haq wa bis shobri, sehingga menimbulkan daya tahan (QS Ali Imran: 157).
Wa ma dlaufu wa ma istakanu (mereka tidak lemah dan tidak menyerah).
Juga dilengkapi dengan tawashau bil marhamah. Tatkala seseorang mendapat
musibah dan menderita, maka orang tersebut tidak sendirian, tetapi bersama-sama
dengan banyak orang, sehingga potensinya tidak terpuruk.
Modal ketujuh bersifat material.
Sebenarnya Allah telah banyak memberikan modal material kepada kita berupa alam
semesta beserta segala isinya, tetapi mungkin kita belum bisa
mendayagunakannya. Bahkan, dalam al Quran surat al Hajj ayat 31, Allah
berfirman: Telah Aku datangkan segala apa yang kamu butuhkan, wa in tauddu
nimatallah laa tuhsuha. Karena kezaliman dan ketidakproporsionalan sikap
kita, sehingga tidak memiliki daya inovatif dan kreatif untuk memanfaatkannya.
Menyadari dan mensyukuri nikmat Allah itu penting. Bagaimana nikmatnya udara,
sehari kurang lebih 350 kilogram kita memakai oksigen untuk tubuh kita,
seperlima diantaranya dipakai oleh otak.
Itulah modal yang dibutuhkan dalam
gerakan dakwah pemuda. Maka tidak ada hal lain yang harus kita lakukan selain
selalu bergerak dan bergerak. Diam adalah mati... Air yang selalu menggenang
akan menjadi sumber penyakit, maka ayo bergerak dan bergerak. Semoga Allah
senantiasa memberikan barakahnya dalam setiap langtkah yang kita lakukan. Amien
0 komentar:
Post a Comment